Don't Show Again Yes, I would!

Suku Baduy Makin Melek Teknologi: Adaptasi atau Ancaman?

Pernahkah kamu mendengar atau penasaran dengan Suku Baduy sebagai salah satu suku yang ada Indonesia? Konon katanya, suku ini memiliki banyak aturan yang masih terus ditaati oleh masyarakatnya hingga kini, termasuk aturan soal teknologi. Benarkah demikian?

Suku Baduy Berasal dari mana?

Sebelum kita cari tahu bagaimana Suku Baduy merespons teknologi, kita pahami dulu bersama-sama bahwa suku ini berada di wilayah Banten. Tepatnya, mereka menghuni kawasan Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten.

Jika ditotal, kira-kira ada 18 ribu jiwa yang termasuk warga Baduy menurut VOA Indonesia (20/06/2021). Namun, yang pasti adalah mereka terpisah menjadi dua kategori, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam.

Perubahan Teknologi di Suku Baduy

Baduy Luar dan Baduy Dalam punya makna denotatif, Baduy Luar bertempat tinggal di kawasan luar dan mengelilingi kawasan orang Baduy Dalam. Itulah yang membuat mereka lebih terbuka terhadap perubahan, salah satunya teknologi.

Perbedaan Baduy Dalam dan Baduy Luar dalam Menerima Teknologi

Orang Baduy Luar yang lebih dekat dengan masyarakat selain Baduy tentunya lebih terpapar dengan berbagai macam modernisasi. Mereka enggak menolak keberadaan teknologi, misalnya penggunaan smartphone dan internet.

Hal itu cukup berbeda dengan Baduy Dalam yang lebih melarang implementasi teknologi bagi seluruh warganya. Mereka bahkan masih berkomunikasi dengan bahasa lokal dan membaca huruf Hanacaraka.

Seberapa Jauh Pengaruh Teknologi di Kehidupan Mereka?

Pengaruh teknologi untuk orang Baduy Luar sesungguhnya cukup signifikan. Hal ini pernah dikatakan oleh Ako dan Ayu yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memasarkan hasil kerajinan tangannya di kala pandemi.

Mereka bahkan mengatakan bahwa teknologi sangat menopang kehidupannya di masa pandemi Covid-19. Sebab, pada saat itu, hasil penjualan kerajinan tangan mereka (kain tenun dan tas dari kulit kayu) cukup sepi di ranah offline.

Berkat kemajuan teknologi dan pengimplementasiannya, Ako dan Ayu jadi bisa menjual hasil kerajinan tangannya di Instagram hingga Shopee! Mereka pun punya akun YouTube yang diberi nama Akosarka.baduy yang memotret kegiatan sehari-hari sebagai Suku Baduy Luar.

Namun, penggunaan teknologi pada orang muda Baduy Luar punya dampak yang lain lagi. Mereka kini mulai mengonsumsi konten-konten TikTok dan Instagram yang berpotensi mengubah perilaku, misalnya jadi enggan membantu orang tua berkebun.

Pendapat Tokoh Adat Baduy tentang Teknologi

Jaro Saijah, Kepala Desa Kanekes melihat langsung bagaimana modernisasi terjadi di Baduy Luar akibat keberadaan mereka yang langsung berbatasan dengan masyarakat modern. Namun, ia menuturkan adanya toleransi terhadap perubahan-perubahan tersebut, asal enggak menyeleweng dari aturan adat, merusak moral, hingga membahayakan lingkungan.

Bagaimana Masa Depan Tradisi Baduy?

Menerima perubahan dan menjaga adat istiadat adalah dua hal yang sulit kalau dijalankan bersamaan. Jaro Saijah enggak menampik kenyataan itu.

Upaya Menjaga Keseimbangan antara Tradisi dan Modernitas

Dalam acara konferensi pers terkait perubahan perilaku masyarakat Baduy, Jaro Saijah menyatakan kekhawatirannya soal anak muda Baduy yang mulai terpengaruh tren-tren di media sosial. Akibatnya, tugas hidup orang Baduy yang hanya bertani dan menjaga adat istiadat pun perlahan-lahan terancam punah.

Uday Suhada selaku pengamat Baduy mengungkapkan kemungkinan terburuk, yakni hilangnya satu generasi Suku Baduy akibat teknologi. Sebab, anak-anak yang sudah terpapar kehidupan modern di medsos, nantinya akan memilih untuk meninggalkan Baduy dan mencari kehidupan yang lebih modern.

Di sisi lain, anak muda Baduy, Lisa Karnaatmadja mewujudkan kepeduliannya dengan membuat film dokumenter berjudul Urang Kanekes: Satu Generasi yang Hilang yang sudah bisa kamu tonton di YouTube. Harapannya, film tersebut bisa memotret kehidupan Baduy yang ideal sekaligus mengingatkan banyak pihak tentang pentingnya pelestarian adat.

Apakah Baduy Akan Mengikuti Jejak Suku Lain yang Lebih Terbuka?

Meski teknologi telah menjamah dan menjadi bagian hidup warga Baduy Luar, Baduy Dalam masih tetap kokoh pada adat istiadatnya. Mereka melarang penggunaan teknologi, listrik, kepemilikan motor, dan mewajibkan pendatang untuk mengenakan kain tertentu serta mengikuti seluruh aturan tersebut.

Mampukah Suku Baduy mempertahankan budaya sekaligus mengadaptasi teknologi? Pertanyaan itu mungkin enggak hanya ditujukan bagi warga Baduy, melainkan juga semua dari kita yang turut bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam, budaya, serta lingkungan di sekitar kita.

Satu hal sederhana yang bisa kita lakukan sekarang adalah menaati setiap peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat Baduy ketika kita berkunjung ke sana. Jika penggunaan listrik, teknologi, dan produk-produk modern dilarang, taatilah sebagai bentuk kepedulian kita terhadap Baduy dan budayanya.

Itulah kisah tentang bagaimana Suku Baduy beradaptasi dengan teknologi. Untuk tahu informasi terkini yang relevan dengan masyarakat Indonesia, kamu bisa kunjungi katalokal.id!

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *