Peningkatan kesadaran akan lingkungan hidup bikin banyak gerakan sosial bermunculan, salah satunya bike to work. Seperti namanya, gerakan ini mengampanyekan kegiatan bersepeda sebagai sarana mobilitas sehari-hari.
Gerakan ini bahkan punya komunitas resmi yang sudah berdiri sejak 2005. Selain karena isu lingkungan, bike to work juga semakin ramai berkat banyaknya pesepeda alumni pandemi yang ikut bergabung.
Sayangnya, di sisi lain, fenomena ini enggak sepenuhnya punya nilai ekonomis yang menguntungkan. Beberapa orang bahkan mengeluhkan kalau gerakan ini justru enggak sehemat yang dikira dan malah bikin biaya transportasi jadi lebih mahal. Benar atau enggak, ya? Yuk, simak ulasan selengkapnya berikut ini!
Fenomena Bike to Work di Indonesia
Pandemi Covid-19 jadi momentum yang bikin bike to work kembali naik ke permukaan. Awalnya, B2W hanyalah komunitas yang didirikan oleh sekelompok pecinta sepeda, dan namanya pun belum seperti sekarang.
Semula, komunitas ini dikenal dengan nama Komunitas Jalur Pipa Gas. Dari situ, beberapa anggotanya menginisiasi berdirinya B2W Indonesia, yang kini berkembang menjadi gerakan sosial.
Kalau ditarik sedikit ke belakang, sebenarnya fenomena ini erat kaitannya dengan dampak pandemi. Saat itu, bersepeda menjadi olahraga yang terjangkau, mudah, dan bisa dilakukan secara individu tanpa harus berkelompok. Dari sana, kesadaran akan kesehatan dan lingkungan pun mulai tumbuh.
Di kota-kota besar, tren ini berkembang pesat dan mulai diadaptasi sebagai sarana transportasi baru, serta bagian dari gaya hidup modern dan sehat. Inilah yang akhirnya membuat bike to work menjadi sebuah gerakan sosial.
Mengapa Bersepeda ke Kantor Semakin Populer?
Buat kamu yang setiap hari harus otw di rush hour saat jam berangkat kantor, pasti paham betul bagaimana macetnya jalanan di pagi hari. Transportasi umum pun sering kali kurang bisa mewadahi kebutuhan perjalanan yang cepat, hemat, sekaligus sehat.
Selain faktor kenyamanan, meningkatnya jumlah pekerja dan semakin mengkhawatirkannya isu lingkungan juga ikut mendorong tren bike to work. Polusi udara yang kian parah serta kepadatan lalu lintas di kota besar membuat banyak orang mencari alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Bagi sebagian pekerja, bersepeda ke kantor bahkan bukan sekadar solusi transportasi, tapi juga bagian dari gaya hidup. Dengan mengkombinasikan sepeda dan transportasi umum, mereka bisa menghemat biaya perjalanan sekaligus tetap menjaga kesehatan. Selain itu, tren ini juga dianggap lebih fleksibel karena bisa menghindari titik-titik kemacetan yang sulit ditembus kendaraan bermotor.
Dengan semakin banyaknya pekerja yang mengadopsi kebiasaan ini, bukan tidak mungkin bike to work akan terus berkembang sebagai bagian dari solusi mobilitas perkotaan yang lebih efisien.
Apakah Tren Ini Akan Bertahan dalam Jangka Panjang?
Tren bike to work jelas merupakan kebiasaan positif yang patut diteruskan. Selain membantu mengurangi polusi udara, bersepeda juga menyehatkan tubuh dan menghemat biaya transportasi. Namun, tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, tren ini bisa sulit untuk bertahan dalam jangka panjang.
Ambil contoh kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Kepadatan penduduk yang semakin meningkat membuat banyak pekerja harus tinggal di kota-kota sekitarnya, kayak Bekasi, Depok, atau Sidoarjo. Kalau perjalanan ke kantor hanya mengandalkan sepeda, tentu sulit bagi para pekerja buat bertahan.
Tapi bukan berarti tren ini mustahil buat berkembang. Jika ada sistem transportasi terpadu yang mendukung kombinasi sepeda dan transportasi umum, seperti tersedianya jalur sepeda yang terintegrasi dengan stasiun atau terminal, tren bike to work bisa semakin ramai.
Dengan begitu, bersepeda ke kantor bukan cuma gaya hidup sementara, tapi bisa jadi solusi mobilitas jangka panjang yang lebih efisien dan berkelanjutan. Kembali lagi, ini semua membutuhkan sinergi bersama dan dukungan berbagai pihak.
Manfaat Bike to Work
Sudah semestinya tren juga diikuti dengan manfaat yang enggak cuma bisa dirasakan oleh pekerja, tapi juga oleh berbagai pihak lainnya. Simpelnya, kalau manfaatnya semakin luas maka tren ini juga bisa berkembang lebih jauh.
Sehat dan Ramah Lingkungan: Apakah Worth It?
Dari segi kesehatan dan lingkungan, jelas bike to work punya banyak nilai positif. Bersepeda secara rutin bisa jaga kesehatan tubuh sekaligus jadi kesempatan rekreasi sebelum pusing di kantor.
Tapi, tentu saja, tantangannya tetap ada. Kalau bersepeda ke kantor dilakukan dalam perjalanan dengan jarak yang kurang rasional, jelas pekerja hanya akan terbebani. Apalagi, kalau jalur dan aksesnya tidak mendukung, bisa-bisa bukannya tambah sehat tapi jadi bahaya karena rentan risiko kecelakaan.
Jadi, apakah worth it? Mengingat setiap lokasi punya kondisi dan infrastruktur yang berbeda, jawabannya tergantung dengan kondisi di mana kamu tinggal dan bekerja.
Menghemat Biaya Transportasi atau Justru Lebih Mahal?

Bayangkan, untuk pergi ke kantor, kamu perlu naik bus dari rumah ke stasiun dengan biaya Rp 3.500. Lalu, melanjutkan perjalanan dengan KRL seharga Rp 6.000. Dari stasiun ke kantor, kamu bisa memilih naik ojek yang cepat dengan ongkos Rp 15.000 atau naik busway yang lebih murah, Rp 3.500, tapi masih harus berjalan kaki hingga ke lokasi.
Jika kamu bisa menggunakan sepeda untuk menggantikan perjalanan dengan busway atau ojek, kamu bisa menghemat biaya transportasi hingga Rp 7.000 sampai Rp 18.500. Tapi tentu saja, ini hanya berlaku kalau kamu tahu jalur alternatif yang lebih dekat dan efisien untuk ditempuh naik sepeda.
Tantangan dan Realita Bike to Work
Meskipun bike to work menawarkan banyak manfaat, kenyataannya para pesepeda menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Infrastruktur yang belum memadai dan masalah keamanan jadi tantangan utama buat kamu yang mau sepedaan ke kantor.
Infrastruktur Kota: Apakah Sudah Mendukung Pesepeda?
Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, peningkatan jumlah pesepeda belum diimbangi dengan penyediaan fasilitas yang memadai. Sekalipun ada peningkatan jumlah pesepeda di DKI Jakarta sampai 1.000% (akibat pandemi), pertumbuhan ini enggak sejalan dengan pembangunan jalur sepeda. yang aman dan terintegrasi.
Faktor Keamanan dan Kenyamanan Saat Bersepeda ke Kantor
Ini jelas berakibat pada faktor keamanan pesepeda. Data dari komunitas Bike to Work (B2W) sepanjang Januari sampai Juni 2020 aja, sudah terjadi 29 kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pesepeda, dengan 17 di antaranya berujung fatal.
Masa Depan Bike to Work di Indonesia
Dengan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat dan isu lingkungan, sebenarnya bike to work berpotensi menjadi solusi mobilitas berkelanjutan di Indonesia. Namun, keberlanjutan tren ini tetap bergantung pada bagaimana pemerintah dan sektor swasta berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah pesepeda.
Bagaimana Pemerintah dan Perusahaan Bisa Mendukung Tren Ini?
Kontribusi pemerintah bisa sangat berarti dalam mendukung keberlanjutan tren ini. Salah satu caranya dengan membangun jalur sepeda yang aman dan terintegrasi dengan transportasi umum, serta menyediakan fasilitas parkir sepeda di area publik dan kantor.
Sementara itu, perusahaan juga bisa ikut serta dengan menyediakan ruang ganti, shower, atau insentif bagi karyawan yang bersepeda ke kantor. Dengan demikian, akan ada makin banyak orang yang lebih semangat buat bersepeda ke kantor.
Apakah Bike to Work Bisa Menjadi Solusi Mobilitas Urban?
Bike to work bisa banget menjadi solusi mobilitas urban, terutama jika dikombinasikan dengan sistem transportasi umum yang efisien. Dengan konsep transportasi terpadu, pekerja bisa menggunakan sepeda untuk perjalanan jarak pendek, sehingga mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan di kota besar.
Yuk, ikut ramaikan tren sepedaan otw ke kantor!