Don't Show Again Yes, I would!

Bukan FOMO, Ini JOMO (Joy of Missing Out): Saatnya Pilih Diri Sendiri

Pernah nggak sih, kamu capek ngikutin berita atau tren terbaru di medsos terus menerus? Terlebih, kalau melihat story Instagram temen yang barusan dilamar atau lagi update jalan-jalan di Jepang. Rasanya tuh nyesss.

Kamu mulai menyalahkan diri sendiri, melihat dirimu yang gini-gini aja. Sedangkan orang lain sudah menikmati kesuksesannya. Tanpa disadari, kamu mulai toxic ke diri sendiri.

Nah, kalau kamu merasa begitu, mungkin ini saatnya kamu menerapkan JOMO atau joy of missing out. 

Yuk, pelajari lebih lanjut tentang JOMO, bedanya dengan FOMO, dan cara memulai gaya hidup JOMO buat hidup yang lebih tenang.

Apa Itu JOMO?

Joy of missing out atau JOMO, adalah pilihan untuk melewatkan sesuatu demi mencapai kebahagiaan, ketenangan batin, dan kepuasan diri.

Orang-orang yang memilih buat JOMO akan melakukan aktivitas yang benar-benar diinginkan. Secara sadar dan tanpa tekanan sosial.

Mereka juga nggak akan panik saat ketinggalan beli Labubu atau bikin video Velocity di TikTok. Justru, mereka menemukan ketenangan saat mereka nggak ngikutin tren-tren itu.

Nggak hanya tren medsos, orang-orang JOMO juga memilih buat nggak hadir di acara-acara sosial yang kurang berarti bagi mereka. Misalnya memilih absen di acara pernikahan seseorang yang nggak terlalu dekat.

Mereka akan lebih suka menghabiskan waktu pada kegiatan yang benar-benar dirasa manfaatnya, seperti berolahraga atau pergi makan dengan teman dekat.

Dilihat dari definisinya, JOMO sendiri merupakan antitesis dari FOMO. Yuk, pelajari lebih rinci tentang perbedaannya.

JOMO vs FOMO: Apa Bedanya?

Arti JOMO adalah kebalikan dari FOMO (fear of missing out), di mana FOMO justru memilih untuk terus terlibat dengan momen-momen tertentu. Pilihan FOMO akan membuat seseorang merasa cemas kalau dia nggak update dengan tren yang lagi viral.

Secara psikologis, FOMO berasal dari pandangan bahwa apa yang orang lain miliki lebih baik daripada yang ia punya. Sebaliknya, JOMO merasa cukup atas segala yang dimiliki saat ini.

Selengkapnya, kamu bisa cek perbandingan JOMO dan FOMO pada gambar ini.

perbedaan JOMO vs FOMO
Tabel perbedaan FOMO vs JOMO. (Sumber: Tim Katalokal)

Kenapa JOMO Relevan di Era Digital?

Di tengah gempuran tren medsos saat ini, rasanya kita perlu rehat sejenak dari hiruk-pikuk dunia. Dan memilih JOMO sebagai gaya hidup adalah pilihan tepat untuk memulainya.

“Daritadi perasaan bahas medsos mulu?”

Memang betul. Medsos adalah “racun” utama penyebab FOMO, sehingga untuk menetralisirnya, kamu butuh JOMO.

Nggak jarang rasa iri muncul ketika melihat orang lain pamer kesuksesan di medsos. Mereka terlihat “sempurna” di layar dengan kehidupan serba mewah dan (terlihat) bahagia.

Padahal, hal-hal yang dibagikan di medsos nggak memperlihatkan kehidupan mereka seutuhnya. Kamu cuma melihat sedetik atau semenit dari ratusan ribu jam hidupnya.

Nah, ketika kamu terus-menerus memaksa dirimu untuk terekspos hal-hal kayak gitu, tinggal nunggu waktu aja kamu kena gejala cemas, merasa tertinggal, dan malah memaksakan diri untuk “tampil” di medsos di luar kepribadian aslimu.

Pada akhirnya, memilih FOMO akan berakibat buruk buat kesehatan mentalmu. Kamu nggak akan pernah merasa cukup dan terus mengejar apa yang dimiliki orang lain. Capek kan?

Ini artinya kamu harus segera menerapkan JOMO. Simak tanda-tanda kalau kamu terjangkit FOMO di bawah ini.

Tanda Kamu Perlu Menerapkan JOMO

1. Sering Update Story/Status di Medsos

ilustrasi fomo vs jomo
Bedanya keliatan banget ya antara FOMO sama JOMO. (Sumber: Freepik)

Kalau kamu nggak bisa kalau nggak update story di Instagram atau status di WhatsApp, ini pertanda besar kamu perlu menerapkan JOMO.

Orang FOMO akan sering mengabadikan momen sekecil apapun di medsosnya. Walau bahkan yang dibagikan itu nggak penting-penting amat. 

Mereka akan merasa ketinggalan kalau nggak ikutan tren. Mereka juga takut dicap kudet karena nggak update dengan tren terkini. Kalau kamu nggak bisa nggak buka medsos sehari aja, kamu patut hati-hati, nih.

2. Selalu Memikirkan Omongan Orang

Ketika seseorang merasa takut tertinggal, maka ia akan menerima segala komentar terhadap dirinya. Secara psikologis, orang FOMO cenderung lebih fokus pada hal-hal di luar dirinya.

Orang FOMO akan meragukan dirinya sendiri, dan justru menganggap omongan orang adalah hal yang lebih patut dipedulikan. Ini terjadi karena muncul kecemasan akibat bermain medsos berlebihan tadi.

3. Nggak Bisa Berkata “Tidak”

Tanda FOMO selanjutnya adalah nggak bisa berkata “tidak” terhadap ajakan atau permintaan orang. Lagi-lagi, penyebabnya adalah khawatir atas pemikiran orang terhadap dirinya.

Jika ia menolak, ia takut pandangan orang terhadap dirinya berubah. Selain itu, orang FOMO juga akan merasa ketinggalan momen jika ia menolak ajakan itu.

4. Selalu Beli Barang Tren Terbaru

Kamu termasuk yang harus banget punya boneka Labubu? Nah, bisa jadi kamu juga salah satu yang terjangkit FOMO. Perilaku ini berasal dari perasaan tak ingin tertinggal, sehingga dia merasa harus punya barang-barang yang lagi tren.

Padahal kan nungguin Labubu turun harga lebih hemat yak?

Nah, perilaku-perilaku FOMO di atas punya sebab-akibat dan saling berkelindan, sehingga kamu harus memperbaiki dari akarnya.

Yuk mulai terapin JOMO ke kehidupanmu, ini caranya!

Cara Menerapkan Gaya Hidup JOMO dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Temukan Tujuan Hidup, Habiskan Waktu untuk Hobi

contoh hidup jomo
Hidup JOMO akan lebih bikin kamu mindful sama kehidupan. (Sumber: Freepik)

Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah bertanya kepada diri sendiri: “Apa yang mau aku lakukan di hidup ini ya?”

Entah itu berkontribusi secara sosial, berkarier secara profesional, atau sekadar menjalani hidup yang berarti, tentukan apapun itu.

Meski sebenarnya nggak semua orang bisa menemukan tujuan hidupnya, setidaknya kamu bisa menjalani hidup berdasarkan hal-hal yang kamu suka. Misalnya, kamu suka belajar. Nah, cobalah geser fokusmu untuk melanjutkan kuliah hingga mencapai gelar maksimal.

Kalau kamu masih bingung, coba mulai sisihkan waktu untuk hobimu. Ini akan membantumu untuk mengalokasikan waktu terhadap kegiatan yang lebih bermanfaat, dibanding hanya scroll medsos aja.

2. Kurangi Waktu Bermain Media Sosial

Setelah mengetahui fokus dan hobimu, sekarang waktunya untuk mengurangi bermain medsos. Nggak perlu buru-buru, cukup dikurangi secara bertahap aja.

Sekarang coba lihat screen time di HP-mu. Misalnya, screen time-mu sekarang adalah enam jam per hari. Maka, kamu bisa mengurangi satu jam setiap minggunya. Perubahan bertahap ini akan membantumu konsisten mencapai tujuan.

3. Berhenti Bandingin Diri Sendiri dengan Orang Lain

Setelah mengurangi kesempatan terekspos dengan medsos, yang mana itu adalah racun utama, sekarang cobalah untuk memikirkan diri sendiri. Stop membandingkan hidupmu dengan orang lain karena setiap orang punya timeline kehidupannya masing-masing.

Kalau temanmu sudah diberi kesuksesan saat ini, berarti bukan berarti kamu nggak sukses. Itu mah, giliranmu aja yang belum mulai. Sabar ya!

Berhenti juga menganggap bahwa kehidupan orang lain itu lebih sempurna. Ingat pepatah ini: “Rumput tetangga lebih hijau”. Orang akan memperlihatkan dirinya dengan hal yang baik-baik aja. Nah, itu sebenarnya yang sedang kamu lihat.

Kamu nggak tahu perjuangan dan masalah-masalah yang dihadapi. Solusinya adalah cara terakhir ini.

4. Bersyukur atas Apa yang Dimiliki

Kalau obat FOMO adalah JOMO, maka obat bandingin diri sendiri adalah bersyukur atas apa yang kamu punya.

Sikap ini akan membantumu lebih menerima segala hal yang terjadi dalam hidupmu tanpa menyalahkan atau membandingkan dengan orang lain. Kamu bisa merasa lebih puas, lebih bahasa, dan tentunya lebih tenang.

Proses untuk sampai pada tahap bersyukur memang nggak mudah. Tapi, kamu bisa mulai dengan menerapkan cara-cara di atas hingga kamu bisa sampai pada level ini.

JOMO dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental

Dengan konsepnya menarik diri dari keramaian dunia, JOMO tentu memiliki dampak positif terhadap kesehatan mentalmu.

Konsep JOMO sendiri lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas. Contohnya, orang JOMO akan lebih mempertimbangkan manfaat dari tas yang ia beli daripada harganya.

Selain itu, kamu juga bisa mendapat manfaat JOMO lainnya, seperti:

  • Meningkatkan fokus dan lebih produktif mengerjakan sesuatu
  • Meningkatkan kualitas interaksi dengan teman, keluarga, kerabat, dan pasangan
  • Memperbaiki kesehatan fisik dan mental

Terapin JOMO Mulai Sekarang, Nikmati Hidup Tanpa Keterlibatan

Menerapkan JOMO memang nggak mudah di era serba digital seperti saat ini. Namun, akan lebih baik jika kamu nggak gampang terbawa arus dengan mencoba JOMO di beberapa momen.

FOMO boleh kok, misalnya untuk hal-hal penting seperti update dengan kebijakan pemerintah. Kalau buat hal-hal remeh sih, langsung aktifin mode slow-living aja, deh. Selain buat menjaga kesehatan mentalmu, kamu bisa lebih tenang dan produktif menjalani hidup.

Gimana, udah siap jadi bagian no drama-drama club?

Jangan lupa follow kami ya di Instagram di @Katalokal.id. Sampai jumpa!

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *