Don't Show Again Yes, I would!

Hari Buku Sedunia: Sederet Toko Buku Lokal yang Hidupkan Literasi Lewat Kolaborasi

Setiap tanggal 23 April, kita memperingati Hari Buku Sedunia. Namun, sesungguhnya apa yang sedang kita rayakan di hari ini? Diskon besar-besaran di toko buku, tumpukan buku best seller, atau deretan postingan media sosial tentang buku favorit? Semua itu boleh-boleh saja, tetapi rasanya ada hal yang jauh lebih mendasar.

Buku sejatinya merupakan jembatan yang mempertemukan pemikiran penulis dengan hati pembacanya. Melalui kata demi kata, kita diajak menyelami pikiran penulis, merasakan emosi yang berbeda, dan melihat dunia dari sudut pandang baru. Tapi jembatan ini tidak kokoh tanpa ruang-ruang nyata yang mempertemukan kita secara fisik, guna menciptakan dialog, pertemuan, bahkan kolaborasi nyata dalam komunitas.

Toko Buku Lokal dan Transformasinya Jadi Ruang Kolaboratif

Bayangkan sebuah toko buku yang bukan hanya deretan rak berisi buku, kini bertransformasi menjadi semacam “rumah” di mana orang dapat duduk tenang, berbincang akrab, bertukar pikiran dan ide, hingga menghadiri diskusi tentang buku favorit mereka. Di sini, literasi tidak lagi sekadar membaca diam-diam di pojok ruangan—ia menjadi peristiwa sosial yang hangat, interaktif, dan penuh percakapan hidup.

Di berbagai sudut kota, toko buku lokal tumbuh dalam diam—kadang tersembunyi di lantai atas pasar, kadang berdiri tenang di rumah-rumah tua, dan kadang justru hadir sebagai festival keliling. Namun ada satu hal yang tidak berubah: toko buku menawarkan pengalaman berdiskusi, bertukar ide, serta membaca yang lebih dari sekadar membeli buku.

Di tempat-tempat ini, kamu bisa duduk berlama-lama dengan buku yang kamu beli, ikut diskusi tentang karya yang baru terbit, atau sekadar berbincang santai soal pengalaman membaca yang muncul dari buku yang sudah tuntas dibaca.

7 Rekomendasi Toko Buku Lokal Kolaboratif yang Dapat Kamu Kunjungi di Hari Buku Sedunia

Kalau kamu sedang mencari ruang seperti itu, berikut ini merupakan 7 toko buku lokal yang menghadirkan literasi dalam bentuk yang paling hidup—kolaboratif, terbuka, dan penuh inspirasi;

1. POST Bookshop – Pasar Santa, Jakarta

 

hari buku sedunia - post bookshop

Di pojok lantai atas Pasar Santa, tersembunyi toko buku kecil bernama POST. Ruangannya mungil, tapi setiap inci raknya penuh dengan buku independen, zine unik, dan karya-karya minor yang sulit ditemukan di toko buku besar. Suasananya hangat seperti ruang tamu sahabatmu yang mencintai literasi. Sering sekali, toko ini menjadi tuan rumah acara kecil-kecilan yang hangat seperti diskusi buku, rilis zine, hingga poetry reading yang akrab dan intim.

2. Makarya – Gramedia Matraman, Jakarta

hari buku sedunia - Makarya

Di tengah Gramedia Matraman yang megah, Makarya menjadi pojok tenang yang menarik perhatian. Tempat ini lebih dari sekadar toko buku biasa; ia menjelma ruang kontemplasi yang nyaman dengan meja-meja kecil, sudut baca santai, hingga kafe untuk menyesap kopi sembari membaca buku yang baru kamu beli. Makarya merupakan ruang pertemuan untuk para pembaca yang merindukan pengalaman literasi yang lebih personal.

3. Patjar Merah – Pos Bloc, Jakarta

hari buku sedunia - patjar merah

Tidak hanya bertempat di Pos Bloc, Jakarta, Patjar Merah membuat festival literasi. Mereka membawa literasi berkeliling Indonesia, mengubah ruangan-ruangan kosong menjadi festival literasi penuh warna. Dalam setiap acaranya, kamu akan menemukan pasar buku independen, panggung seni, ruang diskusi, hingga workshop kreatif yang melibatkan masyarakat secara langsung. Patjar Merah adalah sebuah perayaan literasi yang hidup, riuh, dan penuh inspirasi.

4. Kineruku – Bandung

kineruku

Di sebuah rumah tua di Bandung, Kineruku berdiri sebagai toko buku sekaligus perpustakaan yang terasa seperti tempat persembunyian rahasia. Ruangan bernuansa vintage, rak bukunya berisi koleksi langka dan kurasi menarik. Tidak cuma buku, Kineruku juga menyediakan koleksi musik, film, dan barang seni lokal. Acara pemutaran film di halaman belakang, diskusi buku yang santai, dan pameran seni kecil-kecilan adalah rutinitas di tempat ini.

5. Buku Akik – Yogyakarta

buku akik

Memasuki Buku Akik di Jogja seperti masuk ke rumah teman baikmu yang punya perpustakaan pribadi nan cozy. Buku-buku ditata hangat di rak kayu, dengan kursi santai yang nyaman di berbagai sudut ruangan. Suasananya mendukung sekali untuk membaca tenang atau ngobrol santai tentang literasi, filosofi, atau bahkan isu-isu sosial bersama teman dan pengunjung lain yang hadir di sana.

6. Shira – Yogyakarta

shira cafe

Shira bukan cuma toko buku, tapi juga coffee shop yang menjadi ruang bertemunya literasi dan kopi yang nikmat. Berada di Yogyakarta, tempat ini menjadi pilihan favorit untuk menghabiskan waktu sambil membaca, berdiskusi santai, atau sekadar duduk dengan buku dan secangkir kopi. Sering sekali, diskusi buku ringan hingga acara peluncuran buku independen terjadi di sini, menciptakan suasana literasi yang hidup.

7. Warung Sastra – Yogyakarta

warung sastra

Bayangkan tempat yang menyediakan buku, kopi, dan makanan sederhana dengan suasana tenang yang mendukung diskusi-diskusi panjang. Itulah Warung Sastra. Di sini, literasi tidak sekadar soal membaca, tapi juga tentang berdiskusi dengan orang-orang yang datang dengan berbagai latar belakang. Warung Sastra secara rutin mengadakan acara bedah buku, pembacaan puisi, hingga diskusi yang hangat di bawah cahaya lampu yang terkesan meneduhkan membuat siapa saja merasa betah berlama-lama.

Kenapa Ruang Seperti Ini Penting untuk Ekosistem Literasi?

Ruang seperti toko buku kolaboratif bukan hanya pelengkap dari ekosistem literasi—ia adalah denyut nadinya. Di tengah dunia yang makin serba cepat dan digital, keberadaan ruang fisik tempat orang bisa duduk, membaca, dan berbicara tentang buku menjadi semakin langka, sekaligus semakin berharga.

Di toko buku seperti ini, buku tidak diperlakukan semata sebagai produk, tapi sebagai pemantik percakapan. Setiap judul di rak bisa mengantarkan seseorang pada pertemuan yang tak terduga: antara pembaca dengan penulisnya, antara gagasan dengan pemikiran tandingan, atau bahkan antara orang-orang yang awalnya asing satu sama lain, tapi pulang dengan obrolan yang membekas.

Lebih dari itu, ruang-ruang ini menyediakan ekosistem tumbuh bagi penulis lokal, penerbit kecil, pembuat zine, illustrator, hingga komunitas diskusi. Mereka jadi tempat buku-buku yang tak akan kamu temukan di toko besar bisa punya panggung. Tempat opini bisa berkembang tanpa harus viral dulu.

Tanpa ruang seperti ini, mungkin literasi hanya akan hidup dalam ruang sunyi—terkunci dalam rak, tertahan di layar, dan kehilangan kemungkinan untuk menjadi pengalaman kolektif atau lebih umumnya disebut – tempat pembuat core memory. Literasi yang hidup butuh ruang untuk bersuara, dan toko buku kolaboratif memberi tempat bagi suara-suara itu untuk tumbuh dan saling menemukan.

Merayakan Hari Buku Sedunia Lewat Komunitas dan Ruang yang Hidup

Jadi, di Hari Buku Sedunia ini, mari kita rayakan literasi dengan mengunjungi toko buku lokal yang tidak hanya menjual buku, tapi juga menawarkan pengalaman nyata, hangat, dan kolaboratif yang tidak akan kamu dapatkan di tempat lain.

Dan jangan lupa—kalau kamu ingin rekomendasi cafe ataupun restaurant yang up to date, serta, event-event seru, atau ruang kreatif lainnya, segera follow Instagram kami di @katalokal, yuk!

Mari rayakan literasi, hari ini dan seterusnya.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *